Minggu, 01 Mei 2011

contoh tulisan


Harapannya yang tak kunjung datang
Manusia hanya bisa berharap dan berusaha untuk mewujudkan apa yang dia inginkan. Tuhan tau apa yang seharusnya dia lakukan dan apa yang sepantasnya Ia berikan kepada hambaNya. Tidak semua keinginan insan yang bernafas itu harus diwujudkan. Ibarat orang tua kepada anaknya, di saat anaknya merengek untuk dibelikan sesuatu namun tidak dikabulkan, karena tentu saja orang tua sangat paham hal yang terbaik buat anaknya.
Itulah yang dirasakan oleh seseorang dalam tulisan ini. Hari-hari yang dia jalani semuanya terasa indah, dia bebas untuk melakukan apapun, dia bisa tertawa dengan sebebas-bebasnya. Namun semua itu menjadi sirna seiring bertambahnya usia, bertambahnya pengalaman hidup. Terutama saat dia ingin mencoba untuk mengetahui jati dirinya. Semakin banyak berfikir, dia semakin jauh di bawah jurang kegelapan.
Akhirnya dia pun mencoba berfikir dan mencari seseorang yang bisa mengerti dengan dirinya, seseorang yang bisa mengerti dengan apa yang dia rasakan, atau seseorang yang bisa memberinya solusi terhadap masalahnya ini. Mungkinkah ia bisa menemukanya...
Sebenarnya awal dari semua itu berjalan dengan lancar. Namun siapa yang tahu apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang. Hidup seperti segenggam misteri dalam tangan kekuasaanNya. Dalam benaknya selalu terlintas kata “apakah diriku ini hanya menjalankan sebuah skenario dari sang sutradara kehidupan yang sangat cerdas sehingga aktornya di saat ber-akting tidak pernah melakukan kesalahan sedikit pun, sungguh Ia maha cerdas”
Akhirnya dia pun semakin jauh terpuruk dalam jurang kegelapan. Seseorang yang di harapkan bisa membawakan sebuah lilin untuk menerangi dirinya di dasar jurang kehidupan yang suram. Supaya dia bisa menemukan jalan untuk melihat dan menapak dunia yang baru, yang indah sebagaimana impiannya selama ini.
Akan tetapi mimpi tak selamanya berbanding lurus dengan realita, alih-alih mendapatkan segala impian tersebut, ia malah terjerembab ke dalam palung takdir yang begitu gelap. Seseorang yang dinanti tak kunjung datang menghampirinya.
Hari-hari yang dulunya ceria dengan sinar mentari, namun kini semuanya ditutupi dengan awan mendung yang tidak dia tahu datangnya dari mana. Ia tidak pernah menyangka awan mendung itu akan datang. Dia menunggu hujan namun hujan itu tidak pernah ada. Ibarat musafir di padang gersang-dimana hari telah senja, dia galau dan tak tahu akan melakukan apa. Dia hanya pasrah sembari menuggu kembalinya sang mentari pagi yang kan menerangi dan memberinya tetes embun kedamaian di hari yang melelahkan itu.
Meskipun yang dia harapkan itu tidak akan datang, namun ia telah berjanji demi “nama” yang telah tersimpan utuh di hatinya... “aku akan membuatnya bahagia meski ia tak pernah membahagiakanku”
“aku salut dengan dirimu bro kamu sanggup memberikan kebahagiaan pada orang lain sedangkan dirimu menderita”. Kata teman-temannya kepadanya.
Dia hanya bisa menjawab dalam hati “yang aku inginkan dalam hidup ini hanyalah bisa membuat orang yang aku sayangi bisa merasakan kebahagiaan dan aku akan berusaha untuk melakukan apa pun demi kebahagiannya-meskipun diri ini merasakan derita yang dalam”
Dia sebenarnya memang bodoh karena terlalu banyak berharap dengan sesuatu yang tidak mungkin ia miliki. Namun dengan harapan-harapan itulah dia masih sanggup bertahan sampai pada hari ini. Dalam dinamika kehidupan makhluk, dia ibarat seekor semut yang berharap bisa berjalan secepat kilat agar bisa mencapai sesuatu yang jauh dari dirinya. Layaknya seekor kumbang yang berharap bisa berbicara dan bisa mengungkapkan perasaan pada sekuntum mawar merah yang berlindung dibalik duri...
Tuhan, akankah dirinya mendapatkan apa yang dia inginkan, sebagaimana yang dikatakan pencetus teori minsed bahwa apapun yang ada dalam pikiran seorang manusia, maka kewajiban alam untuk mewujudkan keinginan itu. Meski pun dia tahu hal itu masih sebatas teori namun dia teringat dengan ungkapan “jika mimpi yang tak terbatas menjadi pemandumu maka lampauilah di bawah kibaran bendera tekad yang membara”. Hanya kata itulah yang selalu memberikannya semangat untuk menjalani hari yang mendung ini dan dia percaya bahwa awan mendung akan berlalu dan berganti dengan keceriaan sang mentari yang menyapa setiap insan yang ada dalam dunia ini.
Waooo... dia berhati mulia bukan...<3dhyl’k-red>

Tidak ada komentar:

Posting Komentar